TULISAN 18
Subsidi
Bensin Premium Sudah Dicabut, Tapi Rupiah Masih 'Loyo'
Hidayat
Setiaji - detikfinance
Senin, 05/01/2015
09:13 WIB
Jakarta -Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat (AS) belum menunjukkan penguatan, meski pemerintah sudah merilis
kebijakan baru terkait subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Hari ini, rupiah
dibuka melemah terhadap mata uang Negeri Paman Sam.
Mengutip data perdagangan Reuters, Senin (5/1/2015), dolar AS berada di posisi Rp 12.568. Menguat dibandingkan penutupan akhir pekan lalu di Rp 12.552.
Padahal, pemerintah sudah menghapuskan subsidi untuk BBM jenis Premium dan memberikan subsidi tetap (fixed subsidy) Rp 1.000/liter untuk Solar. Kebijakan ini sudah ditunggu investor, karena menunjukkan komitmen pemerintah untuk mereformasi subsidi.
Reza Priyambada, Kepala Riset Woori Korindo Securities, menilai pelemahan rupiah tidak lepas dari menguatnya dolar AS. Penyebabnya, mata uang euro melemah karena bank sentral Uni Eropa (ECB) akan kembali menyuntikkan stimulus, yang menyebabkan likuiditas euro melimpah dan nilainya turun.
Sementara dari dalam negeri, investor mengkhawatirkan laju inflasi 2014 mencapai lebih dari 8%. Neraca perdagangan Indonesia yang kembali defisit juga menjadi sentimen negatif yang melemahkan nilai tukar rupiah.
"Data-data ekonomi yang dirilis tidak sesuai dengan harapan sehingga membuat nilai tukar rupiah bergerak melemah. Waspadai berlanjutnya pelemahan nilai tukar rupiah. Kami perkirakan pergerakan rupiah hari ini di kisaran Rp 12.470-12.482 per US$," papar Reza.
Mengutip data perdagangan Reuters, Senin (5/1/2015), dolar AS berada di posisi Rp 12.568. Menguat dibandingkan penutupan akhir pekan lalu di Rp 12.552.
Padahal, pemerintah sudah menghapuskan subsidi untuk BBM jenis Premium dan memberikan subsidi tetap (fixed subsidy) Rp 1.000/liter untuk Solar. Kebijakan ini sudah ditunggu investor, karena menunjukkan komitmen pemerintah untuk mereformasi subsidi.
Reza Priyambada, Kepala Riset Woori Korindo Securities, menilai pelemahan rupiah tidak lepas dari menguatnya dolar AS. Penyebabnya, mata uang euro melemah karena bank sentral Uni Eropa (ECB) akan kembali menyuntikkan stimulus, yang menyebabkan likuiditas euro melimpah dan nilainya turun.
Sementara dari dalam negeri, investor mengkhawatirkan laju inflasi 2014 mencapai lebih dari 8%. Neraca perdagangan Indonesia yang kembali defisit juga menjadi sentimen negatif yang melemahkan nilai tukar rupiah.
"Data-data ekonomi yang dirilis tidak sesuai dengan harapan sehingga membuat nilai tukar rupiah bergerak melemah. Waspadai berlanjutnya pelemahan nilai tukar rupiah. Kami perkirakan pergerakan rupiah hari ini di kisaran Rp 12.470-12.482 per US$," papar Reza.
tanggapan :
Subsidi bensin
premium yang sudah dihapuskan ternyata tidak memberikan efek apapun dalam
menguatnya nilai tukar rupiah. Ini terjadi karena nilai mata uang euro melemah
jadi bagaimana tugas pemerintah segera melalukan tindakan agar nilai tukar
rupiah ikut melemah juga.
Comments
Post a Comment